Namun, hingga kini dia belum merencanakan rute mana yang akan ditempuh. Munaji akan memutuskan kota-kota yang dijelajahi nanti setelah Lebaran. Hanya, dia mengisyaratkan bahwa trek menanjak tetap akan menjadi opsi baginya.
Itu dimaksudkan agar kelemahan-kelemahan yang masih ada pada anak asuhnya bisa teratasi. Selama ini, lanjut dia, dari dua kali tur yang sudah dilakukannya, kelemahan paling mencolok yang ditunjukkan anak asuhnya terletak pada trek menanjak. ''Seperti saat tur kedua (15/9), anak-anak ngos-ngosan saat melintasi track menanjak antara Tawangmangu-Sarangan. Itu menunjukkan bahwa kelemahan anak-anak memang ada di track menanjak," kata Munaji kemarin (23/9).
Memang, jika dilihat dari dua kali tur awal, Kaswanto dkk masih harus berbenah. Apalagi, performa jelek saat menaklukkan lintasan menanjak menunjukkan bahwa mereka belum mempunyai ketahanan yang baik. ''Itu tidak boleh terjadi. Kalau itu dibiarkan terus-terusan, mungkin kami akan mendapat hasil yang buruk seperti babak kualifikasi (28/8). Kami jelas tidak ingin hasil itu terulang," jelas pria yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar itu. ''Satu-satunya jalan adalah mengadakan tur ke luar kota," tegas Munaji.
Ya, di babak kualifikasi, Kaswanto dkk memang babak belur. Tim yang bermarkas di Perumahan Bluru Permai, Sidoarjo, tersebut hanya sanggup menempati peringkat kedelapan. Itu adalah limit terakhir bagi setiap tim untuk lolos ke TdI.
''Di tur kedua lalu, catatan waktu anak-anak juga kurang memuaskan. Mereka hanya sanggup menempuh waktu 48 km/30 menit. Padahal, target saya adalah 50 km/30 menit. Anak-anak harus memenuhi target yang saya berikan jika tidak ingin mendapat hasil seperti kualifikasi lalu," ungkapnya. (ru/aww/jawapos) Read More..