SURABAYA - Bukan hanya para pembina olahraga yang menyuarakan keberatan dengan pembatasan umur yang menjadi salah satu poin dalam regulasi PON. Para praktisi olahraga pun merasa aturan itu tidak bisa begitu saja diterapkan.
Syarief Hidayat, mantan sekretaris II Pengprov ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia) Jatim, menyatakan, diberlakukannya pembatasan umur di PON XVIII terlalu prematur. Dia menyatakan, sebenarnya dia setuju dengan adanya pembatasan umur. Tapi, itu baru dilakukan di PON 2016. ''Seharusnya, ada tahapan sebelum pembatasan umur diberlakukan,'' terang pegawai Bidang Kelaiklautan Adpel Tanjung Perak itu.
''Pada PON Riau ini, sebaiknya di-mix dulu antara atlet di bawah 23 tahun dan di atasnya,'' lanjutnya.
Dia juga pesimistis kejurnas yang ada saat ini bisa mewadahi atlet-atlet di atas 23 tahun. Sebab, prestise dan hadiah yang didapat atlet jauh lebih kecil daripada PON.
Dia mencontohkan, untuk cabor balap sepeda yang pernah ditanganinya, memang banyak diadakan kejurnas. Tapi, itu bukan diselenggarakan oleh PB ISSI. Melainkan oleh pengprov-pengprov di daerah masing-masing dengan hadiah yang minim.
''Terus terang saja, atlet kan butuh penghasilan. Kalau yang di atas 23 tahun tidak boleh ikut PON, lalu bagaimana kelanjutan hidup mereka?'' terangnya.
Menurut dia, jika pembatasan umur sudah diterapkan secara penuh, dirinya berharap PB masing-masing cabor turun langsung menggarap kejurnas yang bergengsi dan berhadiah besar. Dengan demikian, kejuaraan itu bisa menjadi sandaran bagi atlet-atlet senior.
Sementara itu, pendapat berseberangan dilontarkan Sekretaris Umum Pengprov ISSI Jatim Sastra Harijanto Tjondrokusumo. Menurut dia, hal tersebut adalah terobosan yang patut didukung segenap insan olahraga.
''Regulasi itu kan tujuannya untuk pembinaan. Jadi, harus didukung. Kalau tidak sekarang, kapan lagi,'' tegasnya saat ditemui di kediamannya, kawasan Tenggilis Mejoyo, Surabaya.
Dia menambahkan, aturan baru itu juga akan berdampak pada munculnya talenta baru yang tidak bakal terpantau selama para atlet senior masih bercokol. Dia menyatakan, diterapkannya aturan tersebut akan menjadikan olahraga nasional lebih berkembang.
Buntutnya, PON akan kembali menjadi ajang bergengsi yang tidak melulu berisi persaingan segala cara tiap kontingen untuk meraih kemenangan. Sebab, tiap daerah akan berpacu untuk membina bakat-bakat yang mereka miliki.
''Pelacuran dalam dunia olahraga, dengan adanya aturan baru itu, akan hilang dengan sendirinya,'' ujarnya.
Yang dimaksud Hari, sapaan karib Harijanto, pelacur olahraga adalah atlet-atlet yang menjadi kutu loncat di setiap penyelenggaraan PON demi mengeruk uang. Sebagai wadah bagi atlet yang usianya sudah lewat 23 tahun, Hari mengusulkan dilaksanakan seri kejurnas sehingga iklim kompetisi di antara mereka tetap terjaga. (nar/diq/jawapos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar