Senin, 02 Februari 2009

Jajaki Rute TdEJ 2009

SURABAYA-Setelah menentukan tanggal pelaksanaan 5th Tour de East Java 2009, pihak penyelenggara berencana menetapkan rute. Jumlah stage yang dilombakan dipastikan tidak mengalami perubahan, yakni tiga etape dari Batu menuju Jombang.
Direktur Harry Enterprise (HE), Harijanto Tjondrokusumo mengungkapkan pihaknya sudah memiliki rute yang akan dilalui. Saat ini pihak penyelenggara sudah melakukan survey, termasuk rute alternatif yang akan dilalui peserta.
Seperti diberitakan sebelumnya, 5th Tour de East Java tahun ini hanya melombakan tiga etape dari lima etape yang menjadi tradisi. “Kebetulan kami sudah melakukan survey rute di kedua kota yang akan dilalui,” terang Harijanto, Rabu (28/1/2009). Survey yang sudah dilakukan adalah penjajagan circuit race di Batu dan di Jombang. Kebetulan 5th Tour de East Java tahun ini lebih banyak menempuh medan flat dibanding tanjakan.
Dari hasil survey balapan dengan grade 2.2 itu diperkirakan menempuh jarak 360 km dari Batu-Jombang. Jarak tempuh ini bisa berubah, mengingat survey untuk nomor road race dari Batu-Jombang belum final. Didalam rute road race ini terdapat dua alternatif untuk dilalui.
Alternatif pertama start dari Batu-Pujon-Kandangan-Wonosalam-Bangsal-Jombang. Sedangkan alternatif kedua, Batu-Singosari-Kejapanan-Mojosari-Pacet-Ndlangu-Wonosalam-Kandangan-Jombang. Dari dua pilihan ini diharapkan ada solusi untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Masalahnya jalur Batu-Kandangan dan Batu-Kejapanan, diakui melalui jalur sibuk pada jam kerja. Untuk jalur road race ini kemungkinan menempuh jarak 160 km. Sedangkan circuit race di kedua kota diperkirakan 80-100 km.
Dari dua jalur ini, pihak penyelenggara tidak memungkiri masih melewati rute tanjakan. “Betul, tatapi tingginya tidak terlalu berat, dan kami berharap 5th TdEJ edisi kelima ini ada pertarungan sengit bagi sprinter,” imbuhnya. Beda dengan empat edisi sebelumnya yang selalu melewati rute tanjakan berat. Sehingga mudah ditebak bila pemenangnya adalah climber.
Kali ini HE sengaja meniru balapan elit di Eropa seperti Paris-Roubaix atau Milan-Sanremo yang kini menjadi Historical Race (HIS) dan melombakan one day race, tetapi sepenuhnya menempuh medan flat. Kedua balapan ini lebih banyak diikuti tim-tim elite Pro Tour.
“Dengan menempuh medan flat, pertarungan jauh lebih ketat dibanding medan tanjakan. Karena medan tanjakan akan mudah menebak pemenang. "Kalau medan flat, pertarungan akan tersuguh sejak start hingga finish. Semua pasti akan bertarung menajdi yang terepan,” tandas pengusaha makanan itu. (*)

Tidak ada komentar: