Senin, 02 Februari 2009

TdEJ Mundur Agustus

SURABAYA-Kejuaraan balap sepeda Tour de East Java 2008 kembali mengalami penundaan. Ajang yang sudah memasuki tahun kelima ini mundur dan dilaksanakan tanggal 6-8 Agustus dengan start dari Batu dan finish di Jombang.
Direktur Harry Enterprise (HE) Harijanto Tjondrokusumo mengungkapkan penundaan ini diakui karena padatnya balapan grade UCI di Asia. Terlebih UCI merilis regulasi baru tentang pelaksanaan lomba tidak bisa berhimpitan, antara satu kejuaraan dengan kejuaraan lain.
Untuk kedua kali penundaan ini disampaikan. Awalnya TdEJ ini bakal dihelat awal April, dengan melombakan lima etape. “Pada tanggal tersebut tidak bisa kami gelar, karena berbenturan dengan pemilu. Jadi kami mundurkan, dengan melombakan tiga etape, namun lebih meriah,” terang Harijanto, Kamis (22/1/2009) sore. Sementara pada akhir April, Sumatra Barat juga menggelar Tour grade 2.2 pertamanya dan direncanakan dibarengkan dengan Tour Indonesia.
Praktis pihak penyelenggara memundurkan jadwal pada bulan Juni. “Awalnya kami berharap bisa menggelar pada tanggal 26-28 Juni, lagi-lagi pada bulan tersebut cukup padat jadwal kegiatannya, jadi kami memundurkan kembali,” imbuh pria yang juga Direktur klub Polygon Sweet Nice (PSN) itu. Pada penyelenggaraan ini diharapkan tidak lagi mundur dan tetap melombakan tiga etape.
Diundurnya bulan Agustus ini tidak lepas dari upaya pihak penyelenggara mencari sponsor. Sejauh ini belum banyak sponsor yang mendukung acara tahunan tersebut. Sebagai contoh pemangkasan lima etape menjadi tiga etape menunukkan kondisi keuangan saat ini belum membaik. Bahkan dibelahan negara-negara Asia lainnya, cukup banyak race yang memangkas jumlah etape.
“Kita tahu balapan elite seperti Tour de Korea dan Le Tour de Langkawi mengalami pengeprasan jumlah etape. Ini juga dihadapkan dengan masalah dana. Tidak mudah mencari dana ditengah situasi seperti ini,” imbuh pria yang juga penghusaha makanan itu.
Meski mengalami pemangkasan etape, pihak HE berharap ada peluang yang bisa dimnfaatkan untuk menambah dua etape. Masalahnya dengan menggelar tiga etape dirasa ada yang hilang. Memangkas lebih sulit dibanding menambah. Contoh kita prepare lima etape, tapi ditengah jalan hanya bisa menggelar tiga etape, malah mencoreng pelaksana. Sebaliknya, kita prepare tiga etape, bila ada kelebihan dana kita bisa menambah dua stage atau lebih,” tandasnya. (*)

Tidak ada komentar: