* Tour de Singkarak
PADANG-Pebalap Polygon Sweet Nice Herwin Jaya berhasil merebut seragam Merah-Putih, sebagai pebalap Indonesia tercepat pada etape pertama Tour de Singkarak. Menempuh rute Team Time Trial (TTT), dia membukukan waktu, 5 menit, 30 detik setelah menempuh jarak, 4,4 km, Kamis (30/4/2009).
Selain itu dia mengantar timnya menduduki klasemen teratas kategori tim Indonesia dengan waktu yang sama. Sementara juara kategori individu ini direbut pebalap asal Budget Forklift Austrlia, Malcolm Rudolph dengan waktu, 5 menit 15 detik.
Hasil ini tentu menggembirakan bagi pebalap asal Probolinggo itu. Sehari sebelum lomba dia mengaku ingin memberi gelar bagi timnya. Saya memang tidak berjanji, tetapi saya sudah bertekad pada diri saya untuk memberi yang terbaik,” terangnya selepas lomba. Dan pada lomba TTT kemarin dia berhasil membayarnya.
Dengan hasil ini cukuplah bagi Polygon Sweet Nice untuk sementara menduduki klasemen teratas kategori tim Indonesia. Sementara Kutai Kartanegara membuntuti dengan torehan waktu 5:32, disusul Program Atlet Andalan (PAL) dengan catatan waktu, 5:33.
Sementara untuk kategori tim umum, Budget Forklift menjadi yang teratas dengan catatan waktu 5:15,539 detik. Disusul Aisan Racing Team yang terpaut 2,151 detik. Aisan juga menempatkan satu pebalapnya, Takeaki Abe merebut Green Jersey. Sementara tim tangguh asal Iran, Tabriz Petrochemical menduduki di posisi ketiga terpaut 4,13 detik.
Hasil etape pertama ini masih bisa berubah. Sebab pada etape kedua Jumat (1/5/2009) menempuh medan tanjakan yang cukup berat. Menempuh rute Padang-Bukittinggi sejauh 88,2 km akan dilalui dengan tanjakan. Dimana pada kilometer ke-55 memulai pendakian kemudian finish King of Mountain (KoM) di ketinggian 1.100 m dpl, pada kilometer ke-78.
“Besok (hari ini) pasti berat,” terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo. Tentunya kami ingin mengamankan seragam yang dikenakan Herwin,” imbuhnya. Pada tahapan kedua ini spesialisasi Hari Fitrianto sebagai climber. Namun prioritas utamanya adalah memertahankan seragam yang dikenakan Herwin dahulu.
Sementara ISSI Jogjakarta bakal membalas di etape kedua hari ini. “Etape pertama telah lepas, saat ini kami membidik etape kedua. Terus terang, pada etape kedua ini cukup banyak tantangannya,” aku tim manajer Dadang haris Purnomo. Selain Tabriz yang memiliki jago-jago tanjakan, dia juga menunjuk ISSI Jawa Barat yang juga memiliki climber handal. (*)
Read More..
Kamis, 30 April 2009
Rabu, 29 April 2009
Perebutan Gelar Juara Dimulai
PADANG-Setelah melewati etape pertama Team Time Trial (TTT), semua tim mulai memersiapkan diri pada etape kedua. Pada etape kedua Jumat (1/5/2009) memberi tantangan berat. Dimana seluruh peserta dihadapkan dengan medan tanjakan dari Padang menuju Bukittinggi, sejauh 88,2 km.
Tentu saja tim-tim yang memiliki pebalap tipikal climber yang bisa bertarung di tahapan kedua ini. Tim yang paling berpeluang adalah Tabriz Petrochemical Iran, Aisan Racing, Doha Team, ISSI Jabar, ISSI Jogjakarta, tim PAL dan Polygon Sweet Nice.
Tantangan yang disuguhkan climber ditahapan kedua ini melalui medan flat sepanjang 35 kilometer terlebih dahulu. Selepas kilometer ke-40, tanjakan dimulai hingga 15 kilometer kemudian. Dipastikan seluruh sprinter mulai kedodoran dan menyisahkan climber bertarung hingga finish di perebutan King of Mountain (KoM) di kilometer ke-78 pada ketinggian 1.100 m dpl. Selanjutnya bonus adu sprint hingga ketinggian 900 m menuju garis finish.
“Bila dilihat dari rute etape kedua ini, pasti milik climber. Saya setuju Iran dan Doha Team bisa merebut etape ini,” aku Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo. "Tetapi saya akan memberi perlawanan," imbuhnya. Timnya juga memiliki climber sekelas Hari Fitrianto dan Herwin Jaya.
Hari terbukti bisa merebut posisi ke-7 General Classification (GC) by time di Jelajah Malaysia. Hasil itu diharapkan bisa bertarung kembali bersama pebalap-pebalap Iran seperti Ghader Mizbani, Azad Kazemi dan pebalap PAL, Tonton Susanto.
Sementara untuk climber yang belum pernah diketahui seperti dari Doha Team yang perlu diwaspadai. “Kami memang bukan tim unggulan, tetapi kami bisa memberi perlawanan. Kalau soal target, saya tidak bisa memberi janji, hanya ingin memberi yang terbaik,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan Tim manajer Araya-Putra Perjuangan Sidoarjo, Munaji yang mengaku tidak ingin berlebihan mengikuti Tour de Singkarak ini. "Kami ingin tampil sekompetitif mungkin dan bisa bersaing," akunya
Sementara tim manajer ISSI Jogjakarta Dadang Haries Purnomo berharap bisa mengimbangi tim-tim asing. Demikian juga dengan tim lokal. “Saya kira ISSI Jawa Barat memiliki kans untuk pebalap lokal, karena mereka rata-rata membawa climber,”aku terang mantan pebalap timnas itu. ISSI Jogjakarta berharap bisa memberi pressure kepada semua lawan, karena mereka juga memiliki climber seperti Mat Nur, Rasta Patria, dan M.Taufik. (*) Read More..
Tentu saja tim-tim yang memiliki pebalap tipikal climber yang bisa bertarung di tahapan kedua ini. Tim yang paling berpeluang adalah Tabriz Petrochemical Iran, Aisan Racing, Doha Team, ISSI Jabar, ISSI Jogjakarta, tim PAL dan Polygon Sweet Nice.
Tantangan yang disuguhkan climber ditahapan kedua ini melalui medan flat sepanjang 35 kilometer terlebih dahulu. Selepas kilometer ke-40, tanjakan dimulai hingga 15 kilometer kemudian. Dipastikan seluruh sprinter mulai kedodoran dan menyisahkan climber bertarung hingga finish di perebutan King of Mountain (KoM) di kilometer ke-78 pada ketinggian 1.100 m dpl. Selanjutnya bonus adu sprint hingga ketinggian 900 m menuju garis finish.
“Bila dilihat dari rute etape kedua ini, pasti milik climber. Saya setuju Iran dan Doha Team bisa merebut etape ini,” aku Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo. "Tetapi saya akan memberi perlawanan," imbuhnya. Timnya juga memiliki climber sekelas Hari Fitrianto dan Herwin Jaya.
Hari terbukti bisa merebut posisi ke-7 General Classification (GC) by time di Jelajah Malaysia. Hasil itu diharapkan bisa bertarung kembali bersama pebalap-pebalap Iran seperti Ghader Mizbani, Azad Kazemi dan pebalap PAL, Tonton Susanto.
Sementara untuk climber yang belum pernah diketahui seperti dari Doha Team yang perlu diwaspadai. “Kami memang bukan tim unggulan, tetapi kami bisa memberi perlawanan. Kalau soal target, saya tidak bisa memberi janji, hanya ingin memberi yang terbaik,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan Tim manajer Araya-Putra Perjuangan Sidoarjo, Munaji yang mengaku tidak ingin berlebihan mengikuti Tour de Singkarak ini. "Kami ingin tampil sekompetitif mungkin dan bisa bersaing," akunya
Sementara tim manajer ISSI Jogjakarta Dadang Haries Purnomo berharap bisa mengimbangi tim-tim asing. Demikian juga dengan tim lokal. “Saya kira ISSI Jawa Barat memiliki kans untuk pebalap lokal, karena mereka rata-rata membawa climber,”aku terang mantan pebalap timnas itu. ISSI Jogjakarta berharap bisa memberi pressure kepada semua lawan, karena mereka juga memiliki climber seperti Mat Nur, Rasta Patria, dan M.Taufik. (*) Read More..
Pertarungan Lintasan Dimulai
PADANG-Masa penantian dan pesiapan peserta Tour de Singkarak telah berakhir. Mulai Rabu (30/4/2009) balapan grade 2,2 pertama di Sumatra Barat itu dimulai. Pada etape pertama ini melombakan nomor Team Time Trial (TTT), sepanjang 4,4 km di kota Padang.
Tentu pada etape pertama ini akan menjadi pijakan bagi sejumlah tim untuk mengukur kemampuan sprint yang dimiliki. Etape pertama dengan nomor TTT semuanya serba mungkin di lintasan flat.
Seluruh peserta dipastikan menurunkan enam pebalapnya secara optimal untuk memerebutkan klasemen tim dan perorangan. Regulasi nomor ini mencatat empat pebalap finish terdepan masing-masing tim untuk diakumulasikan catatan waktunya. Dipsatikan masing-masing tim mengayuh pedalnya untuk mengumpulkan waktu terbaik.
Nomor TTT ini bukan barang baru. Ironisnya nomor hampir tidak pernah dilombakan baik dikawasan Asia maupun Indonesia sendiri. “Apapun bisa saja terjadi. Tergantung bagaimana masing-masing tim itu sendiri,”terang manajer Tim PAL Indonesia , Endang Subagyo. Tim PAL menurunkan kekuatan penuh, Samai, Tonton Susanto, Ryan Ariehan, Kaswanto, dan Angga Fredly.
Dari lima pebalap ini PAL memiliki komposisi ideal. Dimana terdapat seorang climber Tonton Susanto, dan dua sprinter Kaswanto dan Samai. Sementara Angga dan Ryan memiliki kemampuan komplit. Baik menanjak maupun bertarung di medan sprint.
“Khusus untuk TTT, kita butuh kecepatan optimal, dan berusaha menjadi yang terbaik,” imbuh Endang. Sebelumnya tiga pebalap tim PAL belum lama ini mengikuti Jelajah Malaysia yang tergabung di klub L2A, Malaysia. Hasilnya Tonton masuk posisi ke-10 General Classification (GC) by Time. Sedangkan Samai mengalami tabrakan di etape ketujuh. Sementara Ryan berhasil finish, meski tak sebaik Tonton.
"Ketiganya baru pulang dari Malaysia, dan butuh waktu istirahat cukup. Sedangkan Angga dan Kaswanto memiliki masa persiapan yang lebih baik," imbuh Endang. Dia menilai hasil Samai dan Tonton tidak terlalu jelek, hanya kurang beruntung.
Sementara tim Polygon Sweet Nice menilai etape pertama ini berharap bisa mendapat hasil baik. "Nomor TTT umumnya milik pebalap track. Sedangkan tim kami rata-rata pebalap road race. Jadi agak sulit untuk bersaing," terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo.
“Bukan berarti kami pesimis, tetapi saya realistis. Saya berusaha agar tim ini tidak duduk di posisi paling bawah,” imbuhnya. Terlebih dia menganggap tim ini telah mengalami perubahan sejak musim 2008-2009 dimulai. Dimana manajemen baru saja mendatangkan sejumlah pebalap baru dan rata-rata relative lebih muda.
Misuteru Tanaka manajer Aisan Racing Team menganggap nomor TTT adalah kesukannya. “Kami sedikit diuntungkan dengan nomor ini, karena pebalap kami rata-rata jago TTT. Saya berharap bisa memenangi etape ini,” terang manajer-pelatih yang akrab disapa Johny itu, melalui penerjemah Nana Watarai. Lebih jauh, tim asal Jepang rata-rata unggul dalam urusan sprint, karena nomor ini memang milik pebalap track.(*) Read More..
Tentu pada etape pertama ini akan menjadi pijakan bagi sejumlah tim untuk mengukur kemampuan sprint yang dimiliki. Etape pertama dengan nomor TTT semuanya serba mungkin di lintasan flat.
Seluruh peserta dipastikan menurunkan enam pebalapnya secara optimal untuk memerebutkan klasemen tim dan perorangan. Regulasi nomor ini mencatat empat pebalap finish terdepan masing-masing tim untuk diakumulasikan catatan waktunya. Dipsatikan masing-masing tim mengayuh pedalnya untuk mengumpulkan waktu terbaik.
Nomor TTT ini bukan barang baru. Ironisnya nomor hampir tidak pernah dilombakan baik dikawasan Asia maupun Indonesia sendiri. “Apapun bisa saja terjadi. Tergantung bagaimana masing-masing tim itu sendiri,”terang manajer Tim PAL Indonesia , Endang Subagyo. Tim PAL menurunkan kekuatan penuh, Samai, Tonton Susanto, Ryan Ariehan, Kaswanto, dan Angga Fredly.
Dari lima pebalap ini PAL memiliki komposisi ideal. Dimana terdapat seorang climber Tonton Susanto, dan dua sprinter Kaswanto dan Samai. Sementara Angga dan Ryan memiliki kemampuan komplit. Baik menanjak maupun bertarung di medan sprint.
“Khusus untuk TTT, kita butuh kecepatan optimal, dan berusaha menjadi yang terbaik,” imbuh Endang. Sebelumnya tiga pebalap tim PAL belum lama ini mengikuti Jelajah Malaysia yang tergabung di klub L2A, Malaysia. Hasilnya Tonton masuk posisi ke-10 General Classification (GC) by Time. Sedangkan Samai mengalami tabrakan di etape ketujuh. Sementara Ryan berhasil finish, meski tak sebaik Tonton.
"Ketiganya baru pulang dari Malaysia, dan butuh waktu istirahat cukup. Sedangkan Angga dan Kaswanto memiliki masa persiapan yang lebih baik," imbuh Endang. Dia menilai hasil Samai dan Tonton tidak terlalu jelek, hanya kurang beruntung.
Sementara tim Polygon Sweet Nice menilai etape pertama ini berharap bisa mendapat hasil baik. "Nomor TTT umumnya milik pebalap track. Sedangkan tim kami rata-rata pebalap road race. Jadi agak sulit untuk bersaing," terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo.
“Bukan berarti kami pesimis, tetapi saya realistis. Saya berusaha agar tim ini tidak duduk di posisi paling bawah,” imbuhnya. Terlebih dia menganggap tim ini telah mengalami perubahan sejak musim 2008-2009 dimulai. Dimana manajemen baru saja mendatangkan sejumlah pebalap baru dan rata-rata relative lebih muda.
Misuteru Tanaka manajer Aisan Racing Team menganggap nomor TTT adalah kesukannya. “Kami sedikit diuntungkan dengan nomor ini, karena pebalap kami rata-rata jago TTT. Saya berharap bisa memenangi etape ini,” terang manajer-pelatih yang akrab disapa Johny itu, melalui penerjemah Nana Watarai. Lebih jauh, tim asal Jepang rata-rata unggul dalam urusan sprint, karena nomor ini memang milik pebalap track.(*) Read More..
Tim-tim Mulai Pemanasan
* Tour de Singkarak
PADANG-Sehari menjelang pelaksanaan Tour de Singkarak banyak tim melakukan pemanasan. Upaya ini untuk memulihkan kondisi selepas mengikuti Jelajah Malaysia pekan lalu. Setidaknya tiga tim sudah melakoni masa pemulihan itu sejak Selasa (28/4/2009) pagi hingga sore.
Empat tim yang sudah terlihat melakoni latihan adalah Polygon Sweet Nice, Aisan Jepang, Trek Marcopolo, dan Custom Cycling Club Solo. Keempat tim ini sama-sama mengikuti Jelajah Malaysia dan berharap recovery ini bisa membawa hasil.
Recovery yang dilakukan tim tidak memelajari rute. Tujuan recovery ini untuk memulihkan kebugaran lantaran mepetnya waktu rest yang dimiliki tim. “Kami hanya latihan biasa untuk pemulihan kondisi saja,” terang pebalap Polygon Sweet Nice, Hari Fitrianto. “Kalau mengamati rute, rasanya tidak mungkin. Karena kami hanya ingin recovery,” imbuhnya.
Polygon Sweet Nice melakoni latihan pemulihan kondisi hanya sejauh 50 km. Jarak ini dianggap sudah cukup mengingat recovery tidak butuh panjang jarak dan waktu yang ditempuh selama recovery. Melainkan bagaimana menjaga kondisi agar tetap kembali bugar setelah melakoni tour.
Hal serupa juga disampaikan pebalap CCC, Parno. Pebalap terbaik Indonesia pada Tour de Indonesia itu juga melakoni hal serupa lantaran kondisi mereka habis-habisan sepulang ikut Jelajah Malaysia . "Tadi hanya latihan dua jam, dan berusaha mengembalikan kondisi,” terangnya selepas makan siang.
Sementara tim manajer Aisan Jepang Misuteru Tanaka menilai balapan kali ini cukup berat. Dimana banyak medan tanjakan yang selama ini bukan spesialisasi pebalap Jepang. Selama ini tim-tim asal Jepang kerap dicap tangguh di medan flat karena tipikalnya seorang sprinter.
“Tetapi kami memiliki Takumi Beppu yang seorang climber dalam tim tersebut,” terang manajer yang akrab disapa Jhony itu, melalui penerjemah Nana Watarai. Selain memiliki Beppu, Aisan juga menyertakan jawara etape ketiga Tour de East Java tahun lalu, Taiji Nishitani. Masalahnya Taiji bukanlah seorang climber, tetapi tangguh di medan rolling-rolling.
Aisan juga tak mau kalah dalam latihan pemulihan kondisi. Mereka tidak terlalu memaksakan latihan pada hari pertama. Taiji Nishitani dkk hanya berlatih sebentar disekitar hotel dan tidak menghabiskan waktu berjam-jam. Sebab pebalap yang mereka bawa tidak jauh berbeda dengan yang diturunkan di Jelajah Malaysia kemarin. (*) Read More..
PADANG-Sehari menjelang pelaksanaan Tour de Singkarak banyak tim melakukan pemanasan. Upaya ini untuk memulihkan kondisi selepas mengikuti Jelajah Malaysia pekan lalu. Setidaknya tiga tim sudah melakoni masa pemulihan itu sejak Selasa (28/4/2009) pagi hingga sore.
Empat tim yang sudah terlihat melakoni latihan adalah Polygon Sweet Nice, Aisan Jepang, Trek Marcopolo, dan Custom Cycling Club Solo. Keempat tim ini sama-sama mengikuti Jelajah Malaysia dan berharap recovery ini bisa membawa hasil.
Recovery yang dilakukan tim tidak memelajari rute. Tujuan recovery ini untuk memulihkan kebugaran lantaran mepetnya waktu rest yang dimiliki tim. “Kami hanya latihan biasa untuk pemulihan kondisi saja,” terang pebalap Polygon Sweet Nice, Hari Fitrianto. “Kalau mengamati rute, rasanya tidak mungkin. Karena kami hanya ingin recovery,” imbuhnya.
Polygon Sweet Nice melakoni latihan pemulihan kondisi hanya sejauh 50 km. Jarak ini dianggap sudah cukup mengingat recovery tidak butuh panjang jarak dan waktu yang ditempuh selama recovery. Melainkan bagaimana menjaga kondisi agar tetap kembali bugar setelah melakoni tour.
Hal serupa juga disampaikan pebalap CCC, Parno. Pebalap terbaik Indonesia pada Tour de Indonesia itu juga melakoni hal serupa lantaran kondisi mereka habis-habisan sepulang ikut Jelajah Malaysia . "Tadi hanya latihan dua jam, dan berusaha mengembalikan kondisi,” terangnya selepas makan siang.
Sementara tim manajer Aisan Jepang Misuteru Tanaka menilai balapan kali ini cukup berat. Dimana banyak medan tanjakan yang selama ini bukan spesialisasi pebalap Jepang. Selama ini tim-tim asal Jepang kerap dicap tangguh di medan flat karena tipikalnya seorang sprinter.
“Tetapi kami memiliki Takumi Beppu yang seorang climber dalam tim tersebut,” terang manajer yang akrab disapa Jhony itu, melalui penerjemah Nana Watarai. Selain memiliki Beppu, Aisan juga menyertakan jawara etape ketiga Tour de East Java tahun lalu, Taiji Nishitani. Masalahnya Taiji bukanlah seorang climber, tetapi tangguh di medan rolling-rolling.
Aisan juga tak mau kalah dalam latihan pemulihan kondisi. Mereka tidak terlalu memaksakan latihan pada hari pertama. Taiji Nishitani dkk hanya berlatih sebentar disekitar hotel dan tidak menghabiskan waktu berjam-jam. Sebab pebalap yang mereka bawa tidak jauh berbeda dengan yang diturunkan di Jelajah Malaysia kemarin. (*) Read More..
Minim Rehat, Waspadai Tim Lokal
* Tour de Singkarak
PADANG-Tidak ada persiapan khusus bagi Polygon Sweet Nice menjelang pelaksanaan Tour of Singkarak 30 April-5 Mei. Tim asal kota pahlawan Surabaya itu baru saja mengikuti Jelahah Malaysia yang berakhir hari Minggu lalu.
Sementara waktu yang dimiliki untuk rehat cukup mepet. Hal ini yang membuat kekhawatiran Polygon Sweet Nice menjelang bergulirnya balapan grade 2,2 UCI pertama di Sumatra Barat itu.
Direktur Polygon Sweet Nice S.Harijanto Tjondrokusumo mengakui sulit untuk mengembalikan kondisi pasukannya. Memang gambarannya seperti itu. “Kita bisa melihat wajah-wajah lelah yang ditunjukkan pembalap kami, setelah tiba di Padang hari ini (kemarin sore),” katanya, Senin (27/4/2009) petang.
Namun situasi ini tidak hanya dialami tim Polygon Sweet Nice saja. Sejumlah peserta banyak yang mengalami hal serupa, khususnya sepulang mengikuti Jelajah Malaysia . Sejumlah tim seperti Tabriz Petrochemical (Iran), Trek Marcopolo (China), Azad University (Iran), Aisan Racing (Jepang), Tineli Collosi (Australia), Malaysian Armed Forced (Malaysia), timnas Thailand, Jazy Sport Beacon (Filipina), dan Doha Team (Qatar). Tim-tim ini datang ke Padang hampir bersamaan setelah berakhirnya Jelajah Malaysia.
Dari situasi seperti ini, Polygon Sweet Nice justru mewaspadai tim-tim lokal. “Tenaga mereka belum terkuras dan memiliki persiapan panjang,” terangnya. Selain itu tenaga yang dimiliki pembalapnya masih segar dan belum terkuras. Kecuali Custom Cycling Club, yang kemarin juga mengikuti Jelajah Malaysia namun menggunakan nama Indonesia .
Tim-tim lokal yang bisa menjadi ancaman seperti ISSI Sumatra Barat, ISSI Jogjakarta, ISSI Jawa Barat, ISSI Kutai Kartanegara Kaltim, Dodol Picnic, Bintang Kranggan, Araya Sidoarjo, dan tim PAL. Tim PAL sendiri hampir pasti kekuatannya sedikit timpang. Setengah dari kekuatan mereka baru saja mengikuti Jelajah Malaysia. Mereka adalah Samai, Tonton Susanto, dan Ryan Ariehan yang membela L2A Malaysia. Sementara Kaswanto dan Angga Fredly sejauh ini tenaganya masih utuh.
Situasi ini diakui menjadi problem serius bagi tim Continental asal Surabaya itu. “Yang pasti kami tidak memiliki persiapan khusus dan hari ini kami mencoba untuk berlatih sambil memelajari rute lomba,” tandas pengusaha makanan itu. (*) Read More..
PADANG-Tidak ada persiapan khusus bagi Polygon Sweet Nice menjelang pelaksanaan Tour of Singkarak 30 April-5 Mei. Tim asal kota pahlawan Surabaya itu baru saja mengikuti Jelahah Malaysia yang berakhir hari Minggu lalu.
Sementara waktu yang dimiliki untuk rehat cukup mepet. Hal ini yang membuat kekhawatiran Polygon Sweet Nice menjelang bergulirnya balapan grade 2,2 UCI pertama di Sumatra Barat itu.
Direktur Polygon Sweet Nice S.Harijanto Tjondrokusumo mengakui sulit untuk mengembalikan kondisi pasukannya. Memang gambarannya seperti itu. “Kita bisa melihat wajah-wajah lelah yang ditunjukkan pembalap kami, setelah tiba di Padang hari ini (kemarin sore),” katanya, Senin (27/4/2009) petang.
Namun situasi ini tidak hanya dialami tim Polygon Sweet Nice saja. Sejumlah peserta banyak yang mengalami hal serupa, khususnya sepulang mengikuti Jelajah Malaysia . Sejumlah tim seperti Tabriz Petrochemical (Iran), Trek Marcopolo (China), Azad University (Iran), Aisan Racing (Jepang), Tineli Collosi (Australia), Malaysian Armed Forced (Malaysia), timnas Thailand, Jazy Sport Beacon (Filipina), dan Doha Team (Qatar). Tim-tim ini datang ke Padang hampir bersamaan setelah berakhirnya Jelajah Malaysia.
Dari situasi seperti ini, Polygon Sweet Nice justru mewaspadai tim-tim lokal. “Tenaga mereka belum terkuras dan memiliki persiapan panjang,” terangnya. Selain itu tenaga yang dimiliki pembalapnya masih segar dan belum terkuras. Kecuali Custom Cycling Club, yang kemarin juga mengikuti Jelajah Malaysia namun menggunakan nama Indonesia .
Tim-tim lokal yang bisa menjadi ancaman seperti ISSI Sumatra Barat, ISSI Jogjakarta, ISSI Jawa Barat, ISSI Kutai Kartanegara Kaltim, Dodol Picnic, Bintang Kranggan, Araya Sidoarjo, dan tim PAL. Tim PAL sendiri hampir pasti kekuatannya sedikit timpang. Setengah dari kekuatan mereka baru saja mengikuti Jelajah Malaysia. Mereka adalah Samai, Tonton Susanto, dan Ryan Ariehan yang membela L2A Malaysia. Sementara Kaswanto dan Angga Fredly sejauh ini tenaganya masih utuh.
Situasi ini diakui menjadi problem serius bagi tim Continental asal Surabaya itu. “Yang pasti kami tidak memiliki persiapan khusus dan hari ini kami mencoba untuk berlatih sambil memelajari rute lomba,” tandas pengusaha makanan itu. (*) Read More..
Minggu, 12 April 2009
Krasilnikov Susul Kudentsov, Gabung PSN
SURABAYA-Lengkap sudah komposisi tim balap sepeda Polygon Sweet Nice Surabaya. Setelah merekrut Sergey Kudentsov, kini tim asal kota pahlawan itu mendatangkan kompatriotnya, Roman Krasilnikov. Pebalap raksasa itu datang di Surabaya, Selasa (7/4/2009) malam, pukul 22.00 WIB.
Setiba di Surabaya dia mengaku senang bisa bergabung dengan Polygon Sweet Nice. Terlebih di tim ini terdapat Kudentsov yang tak lain tetangganya di kota asalnya, Rostov-on-Don. Selain itu dia juga memiliki teman lain, Timofeev Artemiy yang kini masih menjalani wajib militer di negaranya.
Kepada Sergey Kudentsov, Roman mengaku sprinter. Namun dia lebih cenderung sebagai "tukang tarik" sekaligus petarung beberapa meter jelang finish. "Saya sprinter seperti halnya Sergey," terangnya seperti diterjemahkan Sergey. Pebalap berusia 23 tahun itu dinilai Sergey tidak banyak memiliki pengalaman. Namun dia seorang sprinter yang memiliki taktik brilliant.
Krasilnikov direkrut Polygon Sweet Nice atas rekomendasi Sergey. Berbeda dengan Sergey yang sarat pengalaman, Krasilnikov tidak banyak pengalaman. Melihat usianya dia nyaris tidak banyak mengikuti race internasional. Satu-satunya race internasional yang diikuti dalah South China Sea 2007 bersama CMS International Cycling Team.
"Saya hanya mengikuti beberapa kejuaraan di Russia," imbuh pebalap bertinggi badan 187 cm/ 80 kg dan 8 Juli 1985 itu. "Sebelum itu dia pernah mengikuti race di medan track dan itu sudah terjadi tiga tahun lalu. Saat ini dia konsentrasi ke road dan itu prioritasnya," beber Sergey.
Sementara Direktur Polygon Sweet Nice Harijanto Tjondrokusumo mengaku secara fisik, Krasilnikov adalah seorang sprinter. "Tidak mungkin, postur raksasa seperti dia seorang climber. Dan yang kita butuhkan adalah finisher di garis finish," terangnya. Krasilnikov diharapkan bisa bekerja sama dengan Sergey sebagai sprinter.
"Sejak kepergian Mat Nur dan Ferinanto, kami tidak pernah memiliki sprinter. Sehingga kami kerap kehilangan juata stage di setiap medan flat. Itulah kelemahan kami selama ini," imbuh pgnusaha makanan itu. "Mudah-mudahan, dengan bergabungnya duo sprinter ini, bisa menmbal kelemahan yang ada," paparnya. Sebetulnya Polygon Sweet Nice sudah memiliki Timofeev Artemiy. Namun pebalap Russia ini bukan sprinter murni, melainkan pebalap komplit.
Kedua pebalap ini bakal dipersiapkan mengikuti Jelajah Malaysia 19-26 April dan langsung mengikuti Tour of Singkarak 30 April-3 Mei di Sumatra Barat. (*) Read More..
Setiba di Surabaya dia mengaku senang bisa bergabung dengan Polygon Sweet Nice. Terlebih di tim ini terdapat Kudentsov yang tak lain tetangganya di kota asalnya, Rostov-on-Don. Selain itu dia juga memiliki teman lain, Timofeev Artemiy yang kini masih menjalani wajib militer di negaranya.
Kepada Sergey Kudentsov, Roman mengaku sprinter. Namun dia lebih cenderung sebagai "tukang tarik" sekaligus petarung beberapa meter jelang finish. "Saya sprinter seperti halnya Sergey," terangnya seperti diterjemahkan Sergey. Pebalap berusia 23 tahun itu dinilai Sergey tidak banyak memiliki pengalaman. Namun dia seorang sprinter yang memiliki taktik brilliant.
Krasilnikov direkrut Polygon Sweet Nice atas rekomendasi Sergey. Berbeda dengan Sergey yang sarat pengalaman, Krasilnikov tidak banyak pengalaman. Melihat usianya dia nyaris tidak banyak mengikuti race internasional. Satu-satunya race internasional yang diikuti dalah South China Sea 2007 bersama CMS International Cycling Team.
"Saya hanya mengikuti beberapa kejuaraan di Russia," imbuh pebalap bertinggi badan 187 cm/ 80 kg dan 8 Juli 1985 itu. "Sebelum itu dia pernah mengikuti race di medan track dan itu sudah terjadi tiga tahun lalu. Saat ini dia konsentrasi ke road dan itu prioritasnya," beber Sergey.
Sementara Direktur Polygon Sweet Nice Harijanto Tjondrokusumo mengaku secara fisik, Krasilnikov adalah seorang sprinter. "Tidak mungkin, postur raksasa seperti dia seorang climber. Dan yang kita butuhkan adalah finisher di garis finish," terangnya. Krasilnikov diharapkan bisa bekerja sama dengan Sergey sebagai sprinter.
"Sejak kepergian Mat Nur dan Ferinanto, kami tidak pernah memiliki sprinter. Sehingga kami kerap kehilangan juata stage di setiap medan flat. Itulah kelemahan kami selama ini," imbuh pgnusaha makanan itu. "Mudah-mudahan, dengan bergabungnya duo sprinter ini, bisa menmbal kelemahan yang ada," paparnya. Sebetulnya Polygon Sweet Nice sudah memiliki Timofeev Artemiy. Namun pebalap Russia ini bukan sprinter murni, melainkan pebalap komplit.
Kedua pebalap ini bakal dipersiapkan mengikuti Jelajah Malaysia 19-26 April dan langsung mengikuti Tour of Singkarak 30 April-3 Mei di Sumatra Barat. (*) Read More..
Senin, 06 April 2009
Ambisi Tarwi 13 Tahun Absen dari Sepeda
* Lahirkan Pebalap Surabaya
Usia tidak lagi muda. Tetapi kondisi fisiknya tetap terjaga, atletis, cekatan, dan otot-ototnya masih terlihat. Itulah gambaran H.Tarwi (67), legenda balap sepeda Jawa Timur. Sebagai mantan atlet balap sepeda, dia tidak bisa jauh dengan segala rutinitas dari balap sepeda.
Senin, (6/4/2009) sore dikediamannya Ngagel Kebonsari dia tengah menyeting sepeda untuk anak didiknya. Maklum mantan atlet dan pelatih balap sepeda nasional itu mendapat kepercayaan dari Pengkot ISSI Surabaya menjadi pelatih balap sepeda. Jabatan itu didapat sejak tahun lalu selepas melatih klub balap sepeda milik Armuji, Gilas.
Awalnya dia tidak terlalu serius untuk melatih tim Gilas. Maklum Gilas hanyalah tim kecil bukan bertujuan mengembangkan prestasi layaknya Araya Sidoarjo atau United Kencana Bike Malang, apalagi Polygon Sweet Nice. Namun kecintaan dengan dunia yang pernah digelutinya, membuatnya mencebur sekalian dan mendorong klub tersebut menjadi lebih baik.
Sayang Gilas tidak kunjung membaik dan membuat pemilik ogah-ogahan menangani Gilas. Puncaknya, Tarwi diminta melatih puslatcab ISSI Surabaya dengan target Porprov II/ 2009. ISSI Surabaya hanya dipatok satu medali emas oleh KONI Surabaya.
Dari pembicaraan kemarin, Tarwi mengungkapkan tidak terlalu berambisi mengejar medali Porprov. Tujuan utamanya memoles atlet puslatcab dan menjadikan Surabaya sebagai kiblat atlet balap sepeda. "Saya sudah lama tidak mendengar atlet balap sepeda Surabaya berprestasi baik di level daerah hinga internasional. Saya akui terlambat, tetapi tidak ada salahnya sepeda Surabaya kembali bangkit," terangnya.
Duduk di ruang tamu kediamannya, dia menerawang dimana era keemasan Surabaya ketika masih memiliki Wawan Setyobudi, Matnur, Samai, dan Kaswanto. Kala itu Surabaya menjadi momok bagi semua daerah. Apalagi bila dibanding dengan era 60-an dimana dia bersinar bersama Theo Gunawan, Sapari, Lee Kim Pon, Toha, Herman Van Kempen dll.
"Diantara atlet sepeda Surabaya sudah pergi dan tidak akan kembali ke Surabaya, sekalipun fisik mereka adalah warga Surabaya. Saya tidak tahu, apakah sepeda Surabaya sudah mati, dimatikan atau sebab lain," imbuhnya. Pragmatis ini cukup beralasan. Tidak ada lagi atlet balap sepeda yang betul-betul memiliki bakat alam dan dididik diatas sadel hingga menjadi pebalap papan atas.
Dengan memiliki ambisi menjadikan satu dari 5 atlet puslatcab yang dipolesnya bisa mengganti senior-seniornya. Dia berharap dalam empat atau lima tahun kedepan, binannya bisa menjadi pengganti Samai dkk. Maklum Surabaya telah kehilangan dua generasi sejak tahun 1996. Atau sejak dia menghilang dari jalan raya, tempat dia dibesarkan oleh balap sepeda.
Terakhir Tarwi mengarsiteki Custom Cycling Club Jakarta, saat ini home base di Solo, tahun 2004. Kala itu CCC terjun di arena Tour de Indonesia. Setelah itu, Sapari tidak pernah terdengar namanya menukangi tim, pengkot/ pengkab ataupun pengprov diajang bergengsi.
Secuil hari tuanya tak seindah kiprahnya di jalan raya kala mengayuh pedal. Segudang pengalaman yang dimilikinya nyaris punah beriringan dengan regenerasi balap sepeda. Namun dia tidak patah arang, meski kariernya sebagai pelatih tak semulus presatasi sebagai atlet dan banyak memberinya gelar serta penghargaan. (*) Read More..
Usia tidak lagi muda. Tetapi kondisi fisiknya tetap terjaga, atletis, cekatan, dan otot-ototnya masih terlihat. Itulah gambaran H.Tarwi (67), legenda balap sepeda Jawa Timur. Sebagai mantan atlet balap sepeda, dia tidak bisa jauh dengan segala rutinitas dari balap sepeda.
Senin, (6/4/2009) sore dikediamannya Ngagel Kebonsari dia tengah menyeting sepeda untuk anak didiknya. Maklum mantan atlet dan pelatih balap sepeda nasional itu mendapat kepercayaan dari Pengkot ISSI Surabaya menjadi pelatih balap sepeda. Jabatan itu didapat sejak tahun lalu selepas melatih klub balap sepeda milik Armuji, Gilas.
Awalnya dia tidak terlalu serius untuk melatih tim Gilas. Maklum Gilas hanyalah tim kecil bukan bertujuan mengembangkan prestasi layaknya Araya Sidoarjo atau United Kencana Bike Malang, apalagi Polygon Sweet Nice. Namun kecintaan dengan dunia yang pernah digelutinya, membuatnya mencebur sekalian dan mendorong klub tersebut menjadi lebih baik.
Sayang Gilas tidak kunjung membaik dan membuat pemilik ogah-ogahan menangani Gilas. Puncaknya, Tarwi diminta melatih puslatcab ISSI Surabaya dengan target Porprov II/ 2009. ISSI Surabaya hanya dipatok satu medali emas oleh KONI Surabaya.
Dari pembicaraan kemarin, Tarwi mengungkapkan tidak terlalu berambisi mengejar medali Porprov. Tujuan utamanya memoles atlet puslatcab dan menjadikan Surabaya sebagai kiblat atlet balap sepeda. "Saya sudah lama tidak mendengar atlet balap sepeda Surabaya berprestasi baik di level daerah hinga internasional. Saya akui terlambat, tetapi tidak ada salahnya sepeda Surabaya kembali bangkit," terangnya.
Duduk di ruang tamu kediamannya, dia menerawang dimana era keemasan Surabaya ketika masih memiliki Wawan Setyobudi, Matnur, Samai, dan Kaswanto. Kala itu Surabaya menjadi momok bagi semua daerah. Apalagi bila dibanding dengan era 60-an dimana dia bersinar bersama Theo Gunawan, Sapari, Lee Kim Pon, Toha, Herman Van Kempen dll.
"Diantara atlet sepeda Surabaya sudah pergi dan tidak akan kembali ke Surabaya, sekalipun fisik mereka adalah warga Surabaya. Saya tidak tahu, apakah sepeda Surabaya sudah mati, dimatikan atau sebab lain," imbuhnya. Pragmatis ini cukup beralasan. Tidak ada lagi atlet balap sepeda yang betul-betul memiliki bakat alam dan dididik diatas sadel hingga menjadi pebalap papan atas.
Dengan memiliki ambisi menjadikan satu dari 5 atlet puslatcab yang dipolesnya bisa mengganti senior-seniornya. Dia berharap dalam empat atau lima tahun kedepan, binannya bisa menjadi pengganti Samai dkk. Maklum Surabaya telah kehilangan dua generasi sejak tahun 1996. Atau sejak dia menghilang dari jalan raya, tempat dia dibesarkan oleh balap sepeda.
Terakhir Tarwi mengarsiteki Custom Cycling Club Jakarta, saat ini home base di Solo, tahun 2004. Kala itu CCC terjun di arena Tour de Indonesia. Setelah itu, Sapari tidak pernah terdengar namanya menukangi tim, pengkot/ pengkab ataupun pengprov diajang bergengsi.
Secuil hari tuanya tak seindah kiprahnya di jalan raya kala mengayuh pedal. Segudang pengalaman yang dimilikinya nyaris punah beriringan dengan regenerasi balap sepeda. Namun dia tidak patah arang, meski kariernya sebagai pelatih tak semulus presatasi sebagai atlet dan banyak memberinya gelar serta penghargaan. (*) Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)